Memahami
sebuah puisi ternyata bukanlah hal yang mudah. Hal ini disebabkan bahwa puisi
merupakan sebuah karya yang multi interpretatif, sehingga memungkinkan makna
yang lebih dari satu tergantung dari sudut mana apresiator menerjemahkan puisi
tersebut.
Kemultiinterpretatifan
puisi merangsang para ahli sastra untuk memberikan kemudahan dalam memahami
sebuah puisi, seperti yang dilakukan oleh Prof. Dr. Mursal Esten dalam bukunya
yang berjudul Memahami Puisi.
Beliau
memberikan sepuluh petunjuk dalam memahami puisi. Kesepuluh langkah tersebut
adalah:
1.
Perhatikanlah
judulnya
2.
Lihat
kata-kata yang dominan
3.
Selami
makna konotatif
4.
Makna
yang lebih benar adalah makna yang sesuai dengan struktur bahasa.
5.
Untuk
menangkap maksud sebuah puisi, prosakanlah atau parafrasekan puisi tersebut.
6.
Usut
siapa yang dimaksud kata ganti yang terdapat dalam puisi tersebut.
7.
Temukan
pertalian antara semua unsure dalam puisi
8.
Mencari
makna yang tersembunyi
9.
Memperhatikan
corak sebuah sajak
10. Harus dapat menunjukan bait mana, atau larik mana
yang menjadi sumber tafsiran tersebut.
Memahmi Puisi
karya Mursal Esten (1995:31-56)
Ternyata,
dalam memahami puisi tidak hanya dapat dilakukan dengan meninjau unsur fisiknya
saja, melainka ada unsur lain yang tidak kalah pentingnya untuk dipahami.
Herman J.
Waluyo dalam bukunya Teori dan Apresiasi Puisi mengistilahkan unsur batin puisi
denagan istilah hakikat puisi. Ada empat unsur hakikat puisi, yakni:
1. Tema
Herman
J. Waluyo (1987:106) mengatakan “Tema merupakan pokok atau subject-matter yang
dikemukakan oleh penyair”. Ungkapan tersebut mengindikasikan bahwa tema
merupakan sebuah atmosfer dari sebuah puisi, sebuah puisi pasti memiliki sebuah
tema (umumnya satu) yang melingkupi keseluruhan puisi. Oleh sebab itu dalam
menafsirkan tema dalam puisi, puisi tersebut harus ditafsirkan secara utuh.
2.
Perasaan (Feeling)
Perasaan
ini adalah keadaan jiwa penyair ketika menciptakan puisi tersebut. Pendapat
penulis ini didukung oleh pernyataan yang dikemukakan oleh Herman J. Waluyo
(1987:121) bahwa perasaan adalah “ suasana perasaan penyair yang ikut
diekspresikan dan harus dapat dihayati oleh pembaca”.
3. Nada dan
Suasana
Nada
adalah sikap penyair dalam menyampaikan puisi terhadapa pembaca, beraneka ragam
sikap yang sering digunakan oleah penyair, seperti yang dikemukakakn oleh
Herman J. Waluyo (1987:125) “…apakah dia ingin bersikap menggurui, menasihati,
menyindir, atau bersikap lugas…”.
Suasana adalah
keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi tersebut.
4. Pesan
(Amanat)
Herman
J. Waluyo (1987:130) menyatakan bahwa “Pesan adalah maksud yang hendak
disampaikan atau himbauan atau pesan atau tujuan yang hendak disampaikan
penyair”.
Meninjau
pernyataan beliau, pesan merupakan inti dari sebuah puisi yang merupakan
gagasan subjektif penyair terhadapa sesuatu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar