Rabu, 26 Desember 2012

Cara Memaknai Puisi



Memahami sebuah puisi ternyata bukanlah hal yang mudah. Hal ini disebabkan bahwa puisi merupakan sebuah karya yang multi interpretatif, sehingga memungkinkan makna yang lebih dari satu tergantung dari sudut mana apresiator menerjemahkan puisi tersebut.
Kemultiinterpretatifan puisi merangsang para ahli sastra untuk memberikan kemudahan dalam memahami sebuah puisi, seperti yang dilakukan oleh Prof. Dr. Mursal Esten dalam bukunya yang berjudul Memahami Puisi.

Beliau memberikan sepuluh petunjuk dalam memahami puisi. Kesepuluh langkah tersebut adalah:
1.      Perhatikanlah judulnya
2.      Lihat kata-kata yang dominan
3.      Selami makna konotatif
4.      Makna yang lebih benar adalah makna yang sesuai dengan struktur bahasa.
5.      Untuk menangkap maksud sebuah puisi, prosakanlah atau parafrasekan puisi tersebut.
6.      Usut siapa yang dimaksud kata ganti yang terdapat dalam puisi tersebut.
7.      Temukan pertalian antara semua unsure dalam puisi
8.      Mencari makna yang tersembunyi
9.      Memperhatikan corak sebuah sajak
10.  Harus dapat menunjukan bait mana, atau larik mana yang menjadi sumber tafsiran tersebut.
Memahmi Puisi karya Mursal Esten (1995:31-56)
Ternyata, dalam memahami puisi tidak hanya dapat dilakukan dengan meninjau unsur fisiknya saja, melainka ada unsur lain yang tidak kalah pentingnya untuk dipahami.
Herman J. Waluyo dalam bukunya Teori dan Apresiasi Puisi mengistilahkan unsur batin puisi denagan istilah hakikat puisi. Ada empat unsur hakikat puisi, yakni:
1. Tema
Herman J. Waluyo (1987:106) mengatakan “Tema merupakan pokok atau subject-matter yang dikemukakan oleh penyair”. Ungkapan tersebut mengindikasikan bahwa tema merupakan sebuah atmosfer dari sebuah puisi, sebuah puisi pasti memiliki sebuah tema (umumnya satu) yang melingkupi keseluruhan puisi. Oleh sebab itu dalam menafsirkan tema dalam puisi, puisi tersebut harus ditafsirkan secara utuh.
2.  Perasaan (Feeling)
Perasaan ini adalah keadaan jiwa penyair ketika menciptakan puisi tersebut. Pendapat penulis ini didukung oleh pernyataan yang dikemukakan oleh Herman J. Waluyo (1987:121) bahwa perasaan adalah “ suasana perasaan penyair yang ikut diekspresikan dan harus dapat dihayati oleh pembaca”.
3. Nada dan Suasana
Nada adalah sikap penyair dalam menyampaikan puisi terhadapa pembaca, beraneka ragam sikap yang sering digunakan oleah penyair, seperti yang dikemukakakn oleh Herman J. Waluyo (1987:125) “…apakah dia ingin bersikap menggurui, menasihati, menyindir, atau bersikap lugas…”.
Suasana adalah keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi tersebut.
4. Pesan (Amanat)
Herman J. Waluyo (1987:130) menyatakan bahwa “Pesan adalah maksud yang hendak disampaikan atau himbauan atau pesan atau tujuan yang hendak disampaikan penyair”.
Meninjau pernyataan beliau, pesan merupakan inti dari sebuah puisi yang merupakan gagasan subjektif penyair terhadapa sesuatu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar